Sunday, April 22, 2012

Ini tentang Kita, Kawan





Hari ini, aku bertemu dengan seorang kawan di kelas ujian. Namanya, Linda. Dia sepertiku, berkerudung dan berjilbab panjang. Aku tak tahu kecocokan apa yang ada pada diri kami, yang jelas, kami langsung merasa klop ketika kami melakukan diskusi mengenai suatu hal.





Itu pula yang terjadi pada hari ini. Dia menceritakan padaku tentang ‘fenomena’ yang terjadi di sekitar kami. Aku sadar, kami adalah tipe anak yang tidak terlalu peka, maka dari itu kami butuh sharing untuk melatih kepekaan kami.





Tadi, aku menceritakan padanya, bahwa pernah terlintas di pikiranku bila aku ingin mencoba menjadi orang lain. Bergabung dengan bagian grup lain, tertawa, atau melakukan kegiatan apapun yang sangat menyenangkan. Mungkin, menjadi ‘mereka’ itu adalah hal yang banyak diimpikan orang lain. Namun, tidak dengannya, Linda.





Linda mengatakan padaku, bahwa dia pernah pula menginginkan hal seperti itu. Tapi, itu dulu. Saat dia tidak terlalu mengenal siapa ‘mereka’. Sedikit curiga, aku pun menanyakan alasan jawabannya itu.





Dia mengatakan padaku, bahwa tawa yang mereka suguhkan tak lebih dari kepalsuan. Memang terlihat begitu menggiurkan dari permukaannya. Namun, bila melihat lebih dalam, mereka tak lebih dari pemakan saudaranya sendiri. Membicarakan kawan sendiri di belakang, tapi sangat baik di depan.





Kejadian seperti itu, pernah kulihat sendiri. Ini kisah seorang kawan. Dia, teman baikku, Sania. Dulu, ia pernah mendapat fitnah oleh seorang kawanku. Tapi, aku tak tahu pasti dari mana sumber itu yang jelas, kejadian itu benar-benar menjadi pelajaran berharga untuk siapapun: ‘Fitnah itu bagaikan memakan bangkai saudaranya sendiri’.





Aku tak tahu pasti apa yang harus kulakukan. Kawanku, bukan Sania ataupun Linda, mengatakan padaku tentang apa yang terjadi pada Sania. Aku terhenyak sesaat ketika kudengar kabar itu. Pasalnya, kabar itu sungguh sudah beredar luas. Aku pun tak berani menanyakannya pada Sania perihal itu.





Dalam hati, aku berpikir, ‘Apa Sania sudah tak lagi percaya padaku? Hingga ia tak menceritakan apa yang menimpanya pada sahabatnya sendiri?’. Aku sempat sedikit kecewa padanya.





Batinku terus mengganjal semenjak kawan-kawanku terus saja membicarakan Sania saat dia tak sedang bersama kami. Tapi, saat Sania bersama kami, tawa kami lepas atau mungkin lepas yang dipaksakan? Entahlah. Yang jelas, ketika Sania bersama kami, yang menjadi topik pembicaraan adalah kawan kami yang lain, bukan Sania ataupun Linda. Ah!





Aku menanyakan pada pikiranku, ‘Mungkin, aku pernah berada di posisi Sania. Saat orang yang menurutku adalah teman baik, namun di belakangku dia bagaikan musuh dalam selimut. Tapi, aku tak tahu siapa mereka.’





Ya, aku pasti pernah berada dalam posisi Sania. Menjadi topik pembicaraan, namun siapapun yang membicarakanku tetap dalam mimik mukanya yang tersenyum dengan ceria. Oh, Tuhan.





Satu hal yang kupelajari hari ini adalah: ‘Jangan lepaskan teman sejati kita. Karena melepaskannya akan sangat mudah, namun kita tak akan tahu kapan kita bisa mendapatkan sahabat sejati yang bisa menerima kita apadanya. Atau mungkin, dialah teman terbaik yang telah Tuhan turunkan untuk kita.’







ruang ujian, 19 April 2012





***





Aku pasti akan merindukan saat-saat ini.


Ketika kita bersama.


Tertawa. 


Sedih. 


Ataupun ketika kita saling membicarakan pria yang saling kita sayangi.


Terimakasih untuk semua kenangan yang pernah ada.


Terimakasih untuk pahatan indah yang tak akan pernah terlupa.





Special for my friends


SMA Taruna Dra. Zulaeha


angkatan 2011/2012





Semoga kita diberi kelulusan 100% dengan nilai terbaik dari Allah S.W.T.


AMIIIN YA ROBB ~










































































No comments:

Post a Comment