Namanya, Faisol. Hingga kini, aku masih saja mengingat bagaimana kedekatan kami ketika itu. Aku pernah mengunjungi rumahnya, dulu. Bermain bersama. Itu ketika kami masih kecil.
Saat itu, aku masih duduk di bangku kelas 4 SD dan Faisol (atau yang sering kupanggil Abang) duduk di bangku 6 SD. Usia kami berbeda 2 tahun, tapi aku dan dia sudah merasa sangat kenal. Saat itu, kami masih kecil.
Dia pernah mengatakan padaku bahwa dia akan melindungiku selamanya. Bahkan, dia pernah mencium pipiku tanpa sungkan. Mungkin, itu adalah tanda sayangnya padaku. Tapi, itu ketika kami masih kecil dulu.
Satu hal yang paling kuingat adalah, satu kejadian yang sering membuatku tersenyum kecil. Ketika itu, aku akan pulang ke rumah. Aku yang kala itu masih kecil, masuk ke kamarnya dan bercengkerama sebentar. Dia bilang bahwa dia sayang aku dan dia akan pergi ke pondok untuk mengejar cita-citanya menjadi guru Agama. Dalam hati, aku merasa sedih. Pasti. Karena aku akan kehilangan Abang sebaik dia.
Ah. Abang, kini kamu telah bahagia bersama istrimu kini. Terkadang, aku kangen saat-saat bercanda denganmu, Bang. Saat kita bergoncengan sepeda pancal. Kamu di depan dan aku di belakang. Ingat? Kita pernah menuruni gundukan jalan dan kamu melepas setir. Hem. Pengalaman yang indah bagiku, Bang.
Tapi, itu dulu. Ketika aku masih kecil dan kamu juga masih kecil. Semoga Abang selalu bahagia dengan istri Abang di sana. Ini kisah kita, Bang. Kisah cinta masa kecil kita yang bagiku menakjubkan :).
No comments:
Post a Comment